Bapak Impian
Pada suatu ketika, ada seorang anak ganteng
bernama borneo. Dia anaknya pendiam, pemalu, dan cengeng. Dia lahir dari
keluarga yang berantakan, Tetapi anak itu imannya bisa di katakan biasa- biasa
saja. Dia pernah melakukan dosa sama seperti manusia – manusia biasa lainnya.
Walaupun di katakan biasa Ia termasuk orang yang kuat.
Mengapa bisa di katakan
kuat??? Kita simak cerita berikut ini !!!
Pada tanggal 24
Januari 2013 masehi tepatnya, Borneo tidak bisa tidur karena sakit
kepala sehingga menyebabkan seperti itu. Biasa karena cewek , padahal cuman
cewek di boncengin pria lain.
Malam pertama, pada hari kamis tanggal adalah
hari libur karena tanggal merah maulid
nabi Muhammad..Tidurnya pagi, karena libur dia bisa tidur pagi.
Malam kedua, tidak bisa tidur lagi tetapi ini
hari jum’at adalah hari masuk sekolah, terpaksa Ia pagi ini tidak tidur karena
harus masuk untuk menuntut ilmu baginya. Hari yang kedua ini sakitnya menjadi parah, sebenarnya Ia di
beritahukan untuk tidak masuk sekolah, kata mbah lakinya. Tetapi Ia tetap
ngotot untuk pergi ke sekolahnya.
Ketika sampai di sekolah dia mabok minuman 2
botol sampai kembunk, Beli di kantin. Seusai minum Ia pergi ke kelas untuk
belajar Agama Islam, karena bel masuk sudah berbunyi. Tingkah lakunya pun aneh,
tidak seperti biasanya. Ia bergaul ngajak teman untuk pergi cabut, ngayap, dan
Ia menjadi agresif. Sehingga teman- temannya pun menjadi takut padanya.
Setelah pulang sekolah, tiba – tiba om nya pun
ada dirumah membawa tas gunung, sepulang kerja. Hatiku tambah sakit, karena aku
kira tidak di ajak naik gunung. Om ku bertanya
Om :
lu kenapa dul ga bisa tidur ???
Borneo :
gak tau nihh, PUSING
Om :
ahh itu sihh, karena banyak pikiran aja jadi gak bisa tidur, nanti juga bisa
Borneo :
emang ya om ???
Om :
pasti lagi mikirin cewek ya ?
Borneo : iya koq om bisa tau ?
Borneo : iya koq om bisa tau ?
Om :
kan om baru ngintip ( setelah ngobrol panjang di depan rumah bareng om )
Sampai
keesokan harinya, aku pun tidak bisa tidur. Perjalananku baru di mulai. Aku
sering tertawa terbahak – bahak, sedih terlalu sedih, dan marah terlalu marah.
Akhirnya aku melihat bayangan ayah kandungku dan ayah tiriku. Aku tonjoki
bayangan mereka berdua namun pada akhirnya mereka kalah.
Tentu aku tidak sendirian mengalahkan bayangan
mereka berdua, aku di bantu om ku bernama Badul. Setelah sudah besar aku di
ajak pergi naik gunung, di sana harus sabar dan ikhlas menerima apa adanya
sehingga mencapai tertinggi di Indonesia negara kita ini.
Setelah naik gunung 2x. Barulah aku di berikan
gelang kesayangannya oleh om ku. Karena dia orangnya pengertian dan tidak
sombong. Walaupun kadang – kadang ngeselin dia mempunyai sikap seperti ayah
sesungguhnya yang jantan dan berani. Dia sudah kuanggap seperti ayah kandungku
sendiri. Seakan – akan aku merasa mempunyai ayah seperti teman – teman di
sekitarku. Dan aku berjanji tidak menyakiti hati orang tua maupun jiwa dan
raga, selama aku masih bisa bernafas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar